Potensi Kota Batu Sebagai Kota Wisata Pertemuan
Oleh: Achmad Muzaki*
Seperti halnya kota-kota lain yang berhawa sejuk dan memiliki pemandangan eksotik di berbagai negara seperti New Zealand dan Swiss, Kota Batu dengan berbagai fasilitas dan keelokan alam serta kultur budaya yang dimiliki masyarakatnya, memiliki potensi dan layak untuk dijadikan sebagai “Kota Wisata Pertemuan” atau “Conference Tourism City”, dimana Kota Batu dapat dijadikan sebagai tempat diadakannya berbagai pertemuan, kongres-kongres, serta perundingan-perundingan bernuansa wisata bertaraf nasional dan internasional.
Yang menjadi pertanyaan sekarang, mengapa banyak orang yang mengadakan pertemuan, kongres, atau perundingan-perundingan di kota tersebut?, bagaimana dengan Kota Batu?. Apakah faktor keindahan alam dan berbagai fasilitas yang dimilikinya telah mampu memenuhi syarat dan standar kelayakan untuk diadakannya pertemuan-pertemuan atau konferensi bertaraf nasional dan internasional, serta dapat disamakan dengan kota-kota berhawa sejuk lainnya di New Zealand dan Swiss tersebut?.
Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah Kota Batu untuk dapat membangun sebuah kota yang bercitra wisata dan dapat digunakan sebagai tempat digelarnya wisata pertemuan atau konfrensi bertaraf nasional dan internasional. Salah satunya adalah dengan mensosialisasikan dan mempromosikan Kota Batu sebagai daerah tujuan wisata serta membangun citra bahwa kota Batu layak menyandang sebagai “Kota Wisata Pertemuan”.
Berbagai pembenahan dan peningkatan fasilitas khususnya sarana dan prasarana wisata yang berhubungan dengan kegiatan pertemuan baik pertemuan ilmiah maupun pertemuan bisnis atau pertemuan umum lainnya perlu segera dilakukan oleh pemerintah Kota Batu bekerjasama dengan berbagai elemen masyarakat, baik dari masyarakat seni budaya, pengrajin, tokoh masyarakat, dan pengusaha agar kesinergian berbagai elemen masyarakat tersebut dapat membangun citra Kota Batu sebagai tempat yang ideal untuk dijadikan sebagai tempat pertemuan bernuansa wisata.
Disamping hotel bertaraf internasional, serta obyek wisata yang bagus, fasilitas lain yang perlu dibangun oleh pemerintah Kota Batu untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan membangun sebuah komplek wisata yang didalamnya terdapat Tourism Information Centre yang dikelola secara profesional, tempat perbelanjaan yang bersih dan tertata rapi yang menjual berbagai hasil karya seni, budaya, kerajinan, dan produk unggulan Kota Batu lainnya yang bersifat lokal serta brosur atau booklet informasi tentang obyek-obyek wisata dan bagaimana wisatawan tersebut dapat menuju obyek wisata tersebut dengan standarisasi harga, serta gedung serbaguna yang standart dan layak.
Gedung yang representatif seperti itu memang merupakan impian masyarakat Kota Batu sejak lama. Sebuah gedung yang memiliki beberapa fasilitas pendukung untuk penginapan, ruang diskusi, studio, dan fasilitas lainnya yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai kegiatan serta mampu menjadi wadah pertemuan kreatifitas antar seniman dan intelektual, mulai dari para cendekiawan, budayawan, akademisi, masyarakat umum, sampai dengan komunitas profesi lainnya. Memang sedikit mahal, namun jika ditinjau dari perspektif pemberdayaan masyarakat, gedung tersebut akan mampu menciptakan berbagai potensi dan mencerdaskan kehidupan masyarakat.
Tidak kalah pentingnya, pemerintah Kota Batu juga harus mempunyai agenda wisata yang jelas dan terprogram secara berkala, sebab salah satu alasan mengapa para wisatawan tersebut mau datang ke Kota Batu untuk berwisata atau mengadakan kegiatan adalah karena adanya agenda kegiatan seni, budaya dan event-event tertentu yang jelas jenis kegiatan dan waktu pelaksanaanya atau yang biasa disebut dengan Cultural Event.
Kota Batu dengan segala potensi keadaan geografisnya dan berbagai fasilitas yang dimilikinya sebenarnya mampu untuk membangun citra wisata sebagai kota wisata pertemuan atau conference tourism city tersebut. Dengan kesadaran dan tanggungjawab sebagai pengemban amanat rakyat, pemerintah dapat melakukan pembenahan dan peningkatan fasilitas yang tidak begitu besar serta menyederhanakan sistem birokrasi, Kota Batu diharapkan dapat menjadi dan membangun citra wisata tersebut dalam waktu yang tidak terlalu lama.(Sumber: berbagai literature)
Cultural Events
Wisatawan Mancanegara (Wisman) dan Wisatawan Nusantara (Wisnu) akan mengunjungi sebuah kota atau obyek wisata jika ada sesuatu yang unik dan indah untuk dinikmati. Berbagai potensi daerah seperti seni tari, kerajinan, bangunan bersejarah atau bangunan kolonial, candi dan benda-benda purbakala serta kondisi geografis dapat kita eksploitasi sebagai daya tarik yang akhirnya dapat kita jadikan sebagai sebuah agenda wisata yang terprogram dan terpublikasikan secara baik.
Salah satu agenda wisata yang dapat kita kembangkan adalah Cultural Event. Untuk mewujudkannya diperlukan sarana dan prasarana yang layak serta sesuai dengan kebutuhannya, seperti gedung kesenian yang respesentatif, yakni suatu bangunan yang benar-benar art public service dan multimedia. Sebuah gedung kesenian yang berstandar akustik yang layak dan mampu menjadi wadah pertemuan kreatifitas antar seniman dan intelektual, mulai dari para cendekiawan, budayawan, akademisi, masyarakat umum, sampai dengan komunitas profesi lainnya.
Dari tempat tersebut nantinya dapat diagendakan cultural events, baik yang bersifat bulanan ataupun tahunan, misalnya pagelaran musik klasik, tari tradisional, workshop kesenian, seminar kebudayaan, dan lain-lain. Program tersebut nantinya akan lebih baik apabila ditunjang juga dengan Public Library (perpustakaan umum) yang memadai.
Cultural events itu selayaknya dibahas oleh dewan kota yang respresentatif membidangi urusan pariwisata, kesenian dan kebudayaan dengan melibatkan pengusaha, seniman, budayawan, intelektual, akuntan publik, dan perwakilan dari perguruan tinggi.
Sementara seniman dan budayawan melakukan curatorship, pengusaha mengerjakan sponsorship dan fundraising, akuntan publik bertugas melakukan audit laporan keuangan event tersebut agar transparansi keuangan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Hal ini akan memudahkan kerja fundraising untuk kegiatan cultural events berikutnya.
Dengan demikian cultural events yang terjadi benar-benar menjadi milik warga kota. Pada prinsipnya semua yang terlibat dalam event ini akan benar-benar bekerjasama sesuai dengan bidang dan keahliannya masing-masing.
Bisa juga cultural events digagas oleh Dinas Pariwisata, kemudian digulirkan kepada masyarakat atau sebaliknya. Memang tidak mudah, persoalan klise yang sering terjadi dalam kegiatan ini adalah sulitnya mencari sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersikap dengan etos kerja profesional, sebuah etos kerja yang mampu memahami sistem manajemen modern.
Mungkin terwujudnya gedung kesenian yang representatif untuk saat ini merupakan sesuatu yang utopis, namun jika kita menyadari pentingnya dunia seni budaya dan pariwisata di masa yang akan datang, jawabannya cukup sederhana yakni "Jangan terlalu lama menunggu dan kerja keras dari semua pihak yang terlibat".(HM, zak)
Kampung Sampireun, sentuhan alam untuk ketentraman hati
Gaya hidup kosmopolitan yang penuh dengan kesibukan, disadari atau tidak telah membawa sebagian orang menjadi jenuh, penat, bahkan beberapa mengalami stress. Persaingan hidup, bisnis, pekerjaan yang semakin tinggi mau tidak mau telah mengambil banyak energi positif dari tubuh kita. Lebih berbahaya lagi, stress ternyata bisa menjadi pemicu sel kanker dalam tubuh. Kalau sudah begini, Anda perlu penyegaran.
Kampung Sampireun, sebuah hotel di kawasan Garut, yang memadukan harmonisnya suasana alam dengan layanan hospitaliti bersifat personal, bisa Anda pertimbangkan untuk memulihkan kondisi fisik Anda. Kampung Sampireun didesain dengan konsep bungalow yang natural. View utamanya adalah sebuah danau yang cukup besar, dimana bungalow-bungalow tersebut sebagian besar terletak di pinggir danau tersebut.
Lokasi hotel ini berada di perkampungan yang agak tersembunyi. Saat saya mengunjungi hotel ini, saya bertanya-tanya kapan sampai nya ya? Jalan yang ditempuh agak kecil, berbelok-belok. Tapi ketika saya sampai di lokasi hotel, sebuah pemandangan alam yang sungguh luar biasa terpampang di depan mata. Hotel ini betul-betul 'natural beauty hideaway'. Belum menginap pun, hilang sudah kepenatan sepanjang jalan mencari hotel ini. Dari pinggir jalan sepintas tidak akan menyangka akan ada hotel seperti ini. Kalau lah di pinggir jalan tidak ada billboard yang menunjukkan lokasi hotel, sangat boleh jadi banyak orang tersesat mencari hotel ini.
Rasakan pengalaman lain yang sangat luar biasa. Dengan rate kamar yang rata-rata Rp 1 juta lebih, rasanya memang mahal, tetapi hilangnya kepenatan kami, stress, dan kesegaran fisik beserta pengalaman yang tak terlupakan, agaknya uang sebesar itu menjadi tidak ada artinya.